0

Jadi, gagal itu… baik? Atau buruk? Siapa yang tahu?

Posted by Sinden Kata on 06.45

Pada tahun terakhir saya duduk di bangku SMA, saya bingung menentukan pilihan akan kuliah dimana dan mengambil jurusan apa. Setelah mendapat saran dari beberapa orang, akhirnya saya setuju untuk fokus mengambil jurusan kedokteran atau teknik mesin pada kesempatan UMPTN saya.


Mengapa saya mengambil kuliah jurusan itu?


Alasannya sederhana, karena saya tidak ahli dalam menghapal, dan saya malas menghapal… hahahahaha


Tapi saya pun tidak mau ambil resiko. Pada saat itu, masih musimnya IPC, yaitu kita diperbolehkan mengambil pilihan 2 jurusan IPA dan 1 jurusan IPS dalam test UMPTN. Saya memutuskan memilih kedokteran sebagai pilihan pertama, teknin mesin sebagai pilihan kedua, dan akuntansi sebagai pilihan ketiga.


Kenapa jatuh pada akuntansi?. Ya, alasannya sederhana. Karena saya tidak ahli dalam menghapal, dan saya malas menghapal. Dalam benak saya, akuntansi akan berkutat dengan hitungan-hitungan matematis dan bebas hapalan.


Akhirnya UMPTN pun dilalui. Hingga tiba waktunya hari pengumuman, saya sengaja bangun lebih pagi dan segera membeli surat kabar yang memuat pengumuman hasil UMPTN.


Jalan hidup pun mengabarkan pada saya bahwa saya diterima di jurusan akuntansi. Reaksi saya kala itu, setengah kecewa juga setengah menghibur diri. Tapi sejujurnya, rasa kecewalah yang mendominasi perasaan pada saat itu.


Karena kekecewaan saya di awal, saya jadi tidak memiliki semangat dan daya juang ketika dihadapkan pada masalah di perkuliahan. Ketika itu saya jadi bermalas-malasan, dan tidak mengerjakan tugas-tugas kuliah yang seharusnya saya kerjakan. Kalau pun saya mengerjakannya, tugas itu pasti terlambat saya kumpulkan.


Akhirnya nasakom lah saya. Artinya, nasib IPK satu koma… 


Saat itu beberapa teman pun memberikan MDS di belakang nama saya. MDS adalah singkatan untuk MaDeSu… Masa Depan Suram… Njritt… Hahahaha


Dengan apa yang telah saya lakukan tersebut, saya pun mendapatkan hasil yang buruk di beberapa mata kuliah. Saya tidak lulus mata kuliah penting, dan harus mengulangnya setahun kemudian. Hal itu berarti waktu kuliah saya bertambah satu tahun lagi. 


Parahnya lagi, di semester kedua, kejadian serupa pun terulang. Saya masih bermalas-malasan sehingga saya pun memprediksi pada semester kedua ini nasakom pun akan menghampiri saya kembali.


Ini berarti, saya tidak hanya menyia-nyiakan uang yang dikeluarkan orang tua saya untuk membiayai kuliah, tapi saya juga menyia-nyiakan waktu saja. 


Menyedihkan sekali.. 


Ditambah dengan adanya peraturan Universitas, jika di 2 semester pertama kuliah IPK di bawah 2.0, maka akan ada surat teguran yang dikirimkan ke orang tua/wali mahasiswa. 


Setelah kejadian-kejadian itu, akhirnya saya menyadari kekeliran yang telah saya perbuat. Saya mencoba berfikir dan memperbaiki diri. Langkah pertama yang saya lakukan adalah dengan cara mencintai diri sendiri. 


Berat memang mencintai diri kembali setelah kesalahan yang telah dilakukannya berulang kali.


Saya pun mengkalkulasi, hubungan dengan jurusan ini akan lanjut atau “elo gue end”.


Kalau hubungan ini bakal berlanjut, saya harus cepat merecovery kesalahan ini dengan terobosan prestasi. Dan saya pun tahu, di Universitas ini, sekedar nilai B pun susah dicari dengan alasan klasik, dosennya killer setengah mati.


Dan kalau hubungan ini harus berakhir, tibalah saatnya saya me-reset diri dan mencoba mempersiapkan segalanya dari nol kembali.


Due to the time is getting closer, keputusan harus segera diambil. Dan akhirnya saya memutuskan, elo gue harus end. Mari kita membuka lembaran dan capture baru kembali. Dan saya pun tahu dan sudah me-list beberapa daftar konsekwensi dari keputusan ini. Dari nol lagi ya… hahahaha


Empat bulan tersisa dari semester kedua saya di jurusan akuntansi pun saya abaikan. Saya lebih fokus pada persiapan diri guna menghadapi UMPTN kembali. Saya bongkar kembali buku-buku dan soal-soal persiapan UMPTN yang telah lama saya museumkan dan hampir setiap sore saya selalu nongkrong di salah satu Bimbel terkenal pada saat itu.


Dikarenakan terabaikan, beberapa teman kuliah pun memperingatkan dan menasehati saya untuk kembali fokus ke perkuliahan apalagi dengan track record nasakom saya sebelumnya.


Jujur, ini membuat saya terkadang oleng untuk melanjutkan hubungan ini kembali. Tapi juga terkadang saya melipir sok tegar dengan mengatakan “sekali layar terkembang, pantang abang pulang..” halahhh.. hahahhaha..


Kesadaran diri pun harus dikuatkan. Biar kapal tidak oleng, saya sebagai nahkoda harus menguatkan kemudi. Let move on… don’t look back to the past…ciaelahhh.. hehehehe


Akhirnya, saya pun mengikuti UMPTN kembali. Biar semakin seru perjuangan saya nantinya, saya tidak akan mengambil IPC kembali. Saya putuskan, saya ambil 2 jurusan IPA saja dan tidak ada lagi pilihan “emergency door” kali ini. Let face the challenge totally 100%. Saya pilih kembali 2 jurusan IPA di UMPTN pertama saya.


Syukur Alhamdulillah, saya pun diterima di salah satu jurusan tersebut. Dan saya tidak mau mengulangi kesalahan sebelumnya. Saya menjalani perkuliahan saya dengan sebaik-baiknya dan saya mengisi waktu luang dengan banyak membaca buku, mengikuti banyak seminar dan pelatihan pengembangan diri. Mendekati semester-sementer akhir, saya bekerja paruh waktu di sebuah perusahaan terkemuka. Di tempat saya bekerja inilah saya belajar banyak tentang kehidupan. Saya jadi lebih bertanggung jawab terhadap diri saya sendiri. Dan saya mulai punya visi misi yang jelas tentang hidup saya.


Hari ini, saya bersyukur karena mengalami kegagalan pada tahun pertama saya kuliah.


Apabila saya tidak mengalami kegagalan, mungkin saya tidak akan pernah bisa belajar tentang kehidupan. Karena belajar tentang kehidupan, saya jadi lebih baik hari ini.


Saya juga bersyukur karena mendapat nilai rata-rata yang buruk. Dengan begitu, saya jadi punya waktu luang untuk belajar banyak tentang kehidupan.


Suatu hal yang terasa buruk pada awalnya, ternyata bisa berubah menjadi kebaikan. Tergantung bagaimana kita sendiri menyikapinya. Apabila kita menyikapinya dengan baik, hal yang baik akan datang juga kepada kita.


Jadi, gagal itu… baik? Atau buruk? Siapa yang tahu?





0

"I will come back, my future.."

Posted by Sinden Kata on 02.20
Lama sekali aku tidak menulis lagi..
Hobby yg dulu lumayan pernah aku tekuni sejak kuliah..
Beberapa tulisan juga sempat aku buat kala friendster masih ada.
Tp sayang, itu semua tidak dapat aku selamatkan karena FS keburu ditutup.
Termasuk foto-foto kala itu.

Baik, baik.. kita mulai tulisannya

---


"I will come back, my future.."

Sudah menjadi pemahaman umum,
Banyak hal di dunia ini terdiri dari dua hal berlawanan.

Ada baik, ada buruk..
Ada tinggi, ada rendah..
Ada panas, ada juga dingin..
Begitu juga, ada perjumpaan tentu ada perpisahan pula.

Tentang perjumpaan-perpisahan,
Perjumpaan, biasanya adalah sebuah gerbang selamat datang bagi kita untuk berinteraksi dengan yang kita jumpai tersebut.
Perpisahan, biasanya adalah penutup dari interaksi tersebut.

layaknya cerita dalam novel, ada beberapa macam penutup atau ending cerita.
Ending kebahagian..,
Ending kesedihan..,
Dsb…

Biasanya, yang menentukan bagaiaman ending tersebut adalah alur cerita atau kualitas interaksi yang telah terjadi sebelumnya.

Happy ending, tentu tidak menyisakan masalah bagi pelaku interaksi.
Tapi, bagaimana kalau akhir cerita tersebut menyisakan masalah baginya?

Seharusnya,
sebuah perpisahan menjadi sebuah momen yang tepat bagi kita untuk perbaikan diri dan juga intropeksi diri.

Namun, bagaimana jika proses perpisahan tidak dapat terjadi secara baik-baik?
apalagi, dengan cerita dan dinamikanya?

Oh iya,
Satu lagi...
Ada kegagalan, tentu ada juga kesuksesan..
Dan tentu yang kita inginkan, kesuksesan..

2019 adalah tahun yang sangat challenging bagiku...

And,
i will come back to you, my future..


--(written in the middle of car washer)--




0

Bertamu di rumah-Nya

Posted by Sinden Kata on 15.48
#1

01.30 AM

Semua tentang ketegangan.

Pikiranku bergelut dengan,
dimana ini?
mana jalannya?
mana rombongannya?
siapa ini? siapa itu?
bagaimana imigrasinya?
bagaimana barang-barangnya?

tapi, bukan itu ketegangan sebenarnya.
hatiku, jauh lebih tegang.

apa saja yang harus aku perbuat?
apa saja yang tidak harus aku perbuat?
bagaimana seharusnya sikapku?
bagaimana seharusnya menata hatiku?
apakah ada yang salah denganku?

sementara di depan,
ketua rombongan dan tim dari travel bersibuk diri dengan tugasnya.

melepaskan lelah dan ketegangan, kami pun duduk-duduk santai di bandara itu.
sampai akhirnya ada komando dari ketua rombongan untuk bergerak menuju imigrasi.
beberapa dokumen kami siapkan.
diperiksa, difoto, lalu kami pun menuju bis yang sudah disiapkan.

beberapa dari kami langsung sholat malam di bis setelah sebelumnya bertayammum untuk bersuci.
tapi banyak jamaah yang karena lelahnya menuju tidurnya.

"Assalamualaikum Wa Rokhmatullahi Wa Barokaatuh", tiba-tiba suara mengejutkan kami.

muthowwif kami, menyalami kami lalu memperkenalkan diri.
dan selanjutnya tahulah kami akan menuju ke Madinah.
perjalan ini akan memakan waktu kurang lebih 5 - 6 jam.
sebelum beristirahat, kami senang dengan segala penjelasannya, doa-doanya, dan juga candaannya.











0

Diam itu menyiksa, bicara pun menyedihkan. Ikhlas itu mendamaikan hati, sabar pun menenangkan jiwa

Posted by Sinden Kata on 19.03



Tanpa disadari, seminggu ini pikirku menemukan kata itu.
Banyak hal terjadi belakangan ini.

Aahh, malas untuk menghadapinya tapi harus diatasi.

Fasilitas menurun karena mobil masuk bengkel,
Renovasi rumah, mengharuskan bersempit-sempit ria dalam debu dan kotor,
Kesibukan rumah tangga karena ART pulang mau dilamar,
Masalah kantor,
Terbiasa tersudutkan atau tersalahkan bukan karena kesalahan yang telah dilakukan.
Dan sebagainya, dan sebagainya, dan selanjutnya.

Mulai uring-uringan tapi harus dikontrol demi keluarga.

Ini tentang menata hati dan jiwa.

Ibuku pun telpon menasehatiku.
Tepatnya, memarahiku.
Komplain besar karena beberapa sikap dan perkataanku.
Tidak pernah ku temui ibuku marah sedemekian kepadaku.
Dan inti dari semua nasehatnya kala itu,
Inilah saatnya bagiku untuk “nyemelehke ati”.

Terkait dengan rencanaku untuk ziarah Makkah-Madinah,
peringatan Tuhan kala di sana sangat “tok-thel”.
Artinya, ada perbuatan langsung diingatkan.

Tersengat hati pikiranku mendengarnya.

Baik, baik, inilah saatnya.

Bukan karena ziarahnya,
Tapi ini memang diperlukan.

Pelan-pelan harus dilakukan.
Dan memang harus dilakukan.
Ini tentang hakekat peristiwa dalam hidup.

Semua terjadi bukan tanpa apa-apa.
Karena pasti ada hikmah di belakangnya.

Diam itu memang menyiksa.
Menahan masalah untuk sekedar mengetahuinya.
Mengetahui masalah untuk sekedar merasakannya.
Merasakan masalah untuk sekedar mengarungi sakitnya atau seberapa kuat kita memendamnya.
Meskipun terkadang, diam pun menjadi solusi dari permasalahan

Bicara pun menyedihkan.
Tidak perlu bicara kalau ada masalah lanjutannya.
Biasanya, masalah lanjutan itulah yang memperparah keadaan.
Lebih menyedihkan, lawan bicara kita bukanlah pihak yang tepat.
Lebih menyedihkan, kita tahu akibatnya tapi kita masih saja melakukannya.

Akhirnya, ikhlas mendamaikan hati.
Ilmu tertinggi dalam hidup untuk ikhlas dalam masalah.
Ikhlas ini bukanlah pasrah.
setelah mengalami masalah,
Ikhlas ada dan menjadi awal cerita.
Sedangkan pasrah ada dan menjadi akhir cerita.

Sabar pun menenangkan jiwa.
Semua butuh proses dan tahapan kejadian.
Sembuh, didahului proses pengobatan pun recoverinya.
Tua, didahului proses kanak-kanak pun remajanya.
Lahir, didahului proses pembuahan pun kandungannya.
Dan sabar pun menenangkan jiwa.




0

Lepaskan kepalanmu...

Posted by Sinden Kata on 23.48
Di suatu hutan hiduplah sekelompok monyet.

Pada suatu hari, tatkala mereka tengah bermain, tampak oleh mereka sebuah toples kaca berleher panjang dan sempit yang bagian bawahnya tertanam di tanah.

Di dasar toples itu ada kacang yang sudah dibubuhi dengan aroma yang disukai monyet.

Rupanya toples itu adalah perangkap yang ditaruh di sana oleh seorang pemburu.

Salah seekor monyet muda mendekat dan memasukkan tangannya ke dalam toples untuk mengambil kacang-kacang tersebut. Akan tetapi tangannya yang terkepal menggenggam kacang tidak dapat dikeluarkan dari sana karena kepalan tangannya lebih besar daripada ukuran leher toples itu.

Monyet ini meronta-ronta untuk mengeluarkan tangannya itu, namun tetap saja gagal.
Seekor monyet tua menasihati monyet muda itu, "Lepaskanlah kepalanmu atas kacang-kacang itu! Engkau akan bebas dengan mudah!"

Namun monyet muda itu tidak mengindahkan anjuran tersebut, tetap saja ia bersikeras menggenggam kacang itu.

Beberapa saat kemudian, sang pemburu datang dari kejauhan.

Sang monyet tua kembali meneriakkan nasihatnya, "Lepaskanlah kepalanmu sekarang juga agar engkau bebas!"

Monyet muda itu ketakutan, namun tetap saja ia bersikeras untuk mengambil kacang itu.

Akhirnya, ia tertangkap oleh sang pemburu.

Cerita yang sangat menarik, bukan ? terkadang kita juga sering mencengkeram dan tidak rela melepaskan hal-hal yang sepatutnya kita lepaskan demi kebaikan kita di masa yang akan datang..

(Tulisan terakhirku di internal blog perusahaan sebelumnya - ketika aku harus memilih - 8 tahun yg lalu)

0

“Tak lapuk dimakan usia, tak roboh diterjang krisis”

Posted by Sinden Kata on 23.56
Mumpung masih segar dalam ingatan sehabis ikut sebuah seminar,
Berikut saya sharing beberapa point materi seminar tersebut.
let's go... 

--------------

Tahun-tahun ke depan, dipastikan perekomonomian akan semakin kompetitif.

Hukum alamiah…
siapa yang paling bisa beradaptasi, dialah yang akan bertahan.
Siapa yang paling tidak bisa beradaptasi, dialah yang pertama akan tereliminasi.

Jika anda seorang pelaku bisnis, pasti anda menginginkan bisnis anda built to last…
“Tak lapuk dimakan usia, tak roboh diterjang krisis”

anda pasti tahu Boeing,
anda pasti tahu juga Hewlett-Packard,
Sony,
unilever dll…
Mereka adalah beberapa contoh perusahaan visioner yang mampu bertahan puluhan atau bahkan ratusan tahun.

Ada banyak sekali faktor yang berpengaruh terhadap kelangsungan sebuah bisnis.
Dalam seminar tersebut, digambarkan  sebagai berikut




Terdapat 3 layers,

dimana bisnis anda adalah menjadi layer utamanya.

Dalam layer selanjutnya (layer ke-2) bisnis anda akan bersaing dengan competitor dalam hal yang sejenis.

Kompetisi yang terjadi lebih bersifat head-to-head,
Dan anda masih bisa sedikit bernafas laga karena focus yang dibutuhkan untuk memenangkan persaingan di layer ini relative masih sedikit.

Sebagai contoh,
jika anda produsen kendaraan roda 4, anda akan bersaing dengan produsen-produsen kendaraan roda 4 lainnya.
Toy*ta, H*nda, Suz*ki dll akan bersaing secara head-to-head dengan pabrikan sejenis lainnya seperti Mitsub*shi, Merc*dez dll
Jika anda bermain dalam bidang leasing kendaraan roda 2, F*F akan head-to-head dengan Ad*ra, W*m, dll….


Layer ke-3,
Bisa dipastikan, dalam layer ini “pertempuran” akan lebih sengit dan membutuhkan konstentrasi penuh dari anda karena anda harus focus dalam banyak hal.
Anda akan di-challenge dari berbagai arah.
Melihat ilustrasi/gambar di atas, ada 4 hal dalam layer ini :
  1. New comers
  2. Subtitutions
  3. Suppliers
  4. Buyers

NEW COMERS
Kemajuan dalam segala bidang saat ini hampir memastikan seakan-akan tidak ada sekat lagi antar daerah atau bahkan antar Negara termasuk dalam hal perekomonian.
Kita bisa mengakses atau mendapatkan informasi yang sangat cukup tentang potensi-potensi ekonomi dari bangsa lain.
Dengan kalkulasi yang matang, mungkin kita akan melakukan investasi ataupun investasi bisnis kita ke daerah/Negara baru.

Masih jelas dalam ingatan kita hingar-bingar IIMS (Indonesia International Motor Show) kemarin.
industri otomotif kita akan diramaikan dengan banyak sekali new comers dengan segudang produk andalannya.

Begitu juga dalam bidang-bidang bisnis lainnya.
Akan banyak sekali investor-investor baru yang muncul.
Anda harus mulai focus akan kehadiran mereka seandainya mereka berbisnis dalam hal yang sama dengan kita.


SUBSTITUTION
Sekitar pertengahan tahun 90’an, ketika pertama kali kita mempunya pager Star*o,
Luarrr biasaa senangnya...

Saya pun masih ingat, ketika salah satu om saya diterima di sebuah perusahaan yang bergerak dalam bisnis pager,
saya sangat bangga kepadanya.
Kalau tidak salah, perusahaannya namanya Indo*ell
Bayangan saya waktu itu, Indo*ell sama seperti Te*kom. Sehingga akan mengikuti kesuksesan dan ketenaran Te*kom.
Gaji dan kesejahteraannya pun pasti setara dengan perusahaan-perusahaan besar lainnya

Tapi kenyataan berkata lain, akhir 90’an atau awal 2000’an saya dapat kabar om saya jadi job seeker again.
Evolusi telekomunikasi telah terjadi….
Pager telah tergantikan dengan Hand Phone..
Musnaahhh, hilangg.. begitu saja.. 
Perusahaanya tidak mampu/telat beradaptasi dan collaps..

Tidak hanya pager, sekarang pun telepon saluran kabel pun sudah mulai ditinggalkan orang seiring penggunaan HP..

Dan,
Tahukah anda… bisnis pelat baja pun sekarang sudah mulai waspada.

Banyak sekali sekarang alternative material yang ditemukan.

Body mobil pun sekarang mulai meninggalkan teknologi pelat besi dan beralih ke composite ataupun sejenis fiber untuk mengurangi bobot kendaraan dan efesiensi bahan bakar.

Pesawat pun sekarang sudah mulai mensubtitusi beberapa bagian bodynya dengan material2 alternatif ( semacam serat karbon kalau gk salah..)
Kapal selam pun juga demikian, mulai meninggalkan pelat baja/besi.

Lalu bagaimana dengan bisnis kita?
Kalau R & D kita tidak cepat tanggap, pasti bisnis kita pun akan tergerus oleh perkembangan teknologi yang sedemikian cepetnya karena produk kita tidak laku lagi di pasaran.

Nahh, berarti focus kita bertambah satu lagi… 


BUYERs
Anda pasti tahu, sekarang Dept. Store, swalayan, ataupun Indom*rt ataupun Alfam*rt banyak sekali mengeluarkan produk-produk dengan merk mereka sendiri dengan harga yang lebih kompetitif.

Minyak Goreng F*lma, S*nco dll bersaingnya tidak lagi head-to-head dengan kompetitor sebidangnya tapi sekarang mulai bersaing juga dengan minyak goreng produk-produk dept store tersebut.

Dept store tersebut mampu memberikan alternative pilihan produk ke pembeli untuk disesuaikan dengan kemampuan kantongnya.
Hal ini pun, harus kita perhatikan demi keberlanjutan bisnis kita.


SUPPLIERs
Kalau selama ini anda bergerak dalam bidang supply barang dan itu anda lakukan terus menerus sehingga lama-lama anda hapal dan paham dengan seluk beluk bisnis yang dijalankan buyer anda, apakah anda tidak tertarik untuk menjajal bisnis yang sama dengan bisnis buyer anda?

Tentu saja… 

Saya ambil contoh gampangnya..

Jika anda punya kebun luas yang menghasilkan singkong dalam jumlah besar.
Lalu anda memasok kebutuhan singkong dari sebuah pabrik penghasil keripik singkong.
Dan akhirnya anda menjadi supplier tetap untuk pabrik keripik singkong tersebut selama bertahun-tahun.
Karena interaksi keseharian anda dengan pabrik keripik singkong tersebut sehingga anda tertarik dan merasa mampu untuk berbisnis keripik singkong, anda pasti akan mulai berpikir kenapa tidak sekalian saja saya berbisnis keripik singkong?

Begitu juga dengan bisnis anda sekarang…
Supplier-supplier anda pun bisa jadi suatu saat akan menjadi competitor anda.
Dan itu sudah jamak terjadi saat ini.

Jika bisnis anda dianalogikan dengan permainan bola,
Ibarat bermain bola, dalam sebuah lapangan sepak bola dimana ada 11 orang pemain anda tapi 11 orang tersebut diberi tidak hanya 1 bola.
Tapi 4 bola atau 5 bola sekaligus...
Apakah tim anda mampu berkonsentrasi dengan 4 atau 5 bola sekaligus dan mencetak banyak goal atau malah terseok-seok tidak bisa konsentrasi karena saking banyaknya bola yang harus ditangani.

So……. Prepare urself  as well as possible now…. 

0

Tuhan Maha Kuasa, Maha Pemberi, dan Maha Penolong hamba-hamba-Nya.

Posted by Sinden Kata on 15.25
ibadah haji, ladang ibadah kita...

diceritakan oleh ibu saya,
ini cerita nyata dari bulek saya, adiknya ibu..

pada awal berumah tangga, bulek saya pernah mukim di kota Makkah-Madinah.
saat mukim di Madinah, ibu mertuanya datang dari Indonesia untuk menunaikan haji tapi dalam kapasitas "turis".
artinya, karena keterbatasan dana, ibu mertuanya berangkat haji tidak memakai jasa Depag ataupun KBIH.
dengan demikian, ibu mertuanya tersebut sangat bergantung dengan segala bantuan, arahan, dan tumpangan dari bulek saya tersebut.

sesampainya di Madinah, rangkaian ibadah haji pun dimulai..
segala bantuan tenaga, pikiran, dll telah dilakukan bulek saya untuk menemani ibu mertuanya yang sedang haji supaya lancar dan khidmat..

tapi akhirnya masalah pun muncul..
ini adalah tentang dana atau uang...

bulek saya pada waktu mukim telah mempunyai 2 anak yang masih kecil...
sayang, saya tidak mendapatkan informasi dari ibu saya apa pekerjaan suami bulek saya...
yang diceritakan ibu ke saya, namanya juga perantauan di negeri orang, kondisi ekonomi bulek saya sangat pas-pasan..

ketika harus berangkat menuju Makkah untuk melanjutkan ibadah hajinya, ibu mertuanya berkata ke bulek saya..." lha aku iki meh neng Makkah mbok sanguni rak?" ("lha ini aku mau ke Makkah, kamu kasih bekal (uang) atau tidak?")...

saat itu bulek saya sedang "krisis-krisinya".
lalu, bulek saya segera menjauhi ibu mertuanya untuk menghitung kemampuan finansialnya.
bulek saya memutuskan, dari jatah uang sebulan yang dia terima dari suami akan dia berikan semua. dia hanya menyisikan uang belanja dapur untuk 2 hari ke depan itupun demi makannya anak-anak.

lalu dia berdoa, "Ya Alloh, Engkau pasti tahu keadaan saya. saya saat ini juga sedang mmbutuhkan uang banyak. tapi saya ikhlas memberikan uang ini buat menyenangkan hati ibu saya dan sebagai bekal ibadah hajinya".

berangkatlah mereka ke Makkah.

seiring berjalannya waktu di Makkah, tanpa menceritakan ke ibu mertuanya, "himpitan" akan kebutuhan uang sangat dirasakan bulek saya. uang pun habis ditangan.

justru, pada kondisi kritis ini lah keajaiban atau lebih tepatnya pertolongan Tuhan terjadi.
seusai menunaikan sholat di Masjidil Haram, masih dalam posisi takhiyyat tiba-tiba di depan bulek saya ada laki-laki tinggi besar menjatuhkan segepok uang real di pangkuannya.

Tidak kenal, kaget dan takutpun campur aduk dalam dirinya..
"ini uang apa?! ini uang siapa?! kamu siapa?!, teriaknya dalam bahasa arab.

"untukmu...! untukmu...! untukmu...!", jawab laki-laki tersebut seraya berlalu.

ternyata uang yg dberikan dlm jumlah berkali lipat kalo dibandingkan uangnya yang diberikannya ke ibu mertua. 
pecahlah tangis sedunya sambil ucap syukur berkali-kali.

Sampai sekarang pun dia tidak tahu siapa laki-laki tinggi besar itu.

---
Tuhan Maha Kuasa, Maha Pemberi, dan Maha Penolong hamba-hamba-Nya.




Copyright © 2009 Sinden Kata All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.